Cerita anak kos SMA


Sekarang umurku 24 tahun, setahun lagi umurku menjelang usia yang matang sebagai pemuda kategori lemaja lanjut. aku akan menceritakan kisahku saat masih sma swasta di kota keris, Madura, satu-satunya kraton yang masih berdiri di Jawa Timur, tentu hal ini tidak akan aku ceritakan sedetail mungkin. Setelah batal  sekolah di sma negeri karena kendala biaya dan ditolak di Sma negeri berbiaya murah, Sma swastalah ku putuskan untuk sekolah, daripada di pulau yang tidak ada gurunya. Sih, tapi orang Jawa/Madura, tidak menetap di pulau sehingga masa aktif mungkin 4 bulanan selama satu semester, namun materi di buku pengajaran harus tersampaikan semua.

Senja hari setelah hujan tadi siang, aku bersama ayah melakukan proses pendaftaran senilai 15ribu dengan bonus kalender setahun. Tak lupa kami pun di antar oleh panitia penerimaan siswa baru untuk memilih tempat kos di sekitar sekolah. Kamarnya lumayan luas dengan ukuran 3x4. Ada 3 bangunan rumah pertama adalah pemilik kosan di depan bagunan 2 berhadapan langsung. Sedangkan bangunan ketiga di samping bangunan kedua agak maju. Bangunan kedua ada lima kamar, empat kamar untuk penghuni kos dan kamar paling depan dekat pintu ruang tamu kamar anak pemilik kos. Selain Pintu masuk ke bangunan kedua dari depan, pintu masuknya bisa melalui bangunan 3, tentu di bangunan 3 ada kedua mbak kosku yg sudah kelas 11 dan 12 yg sekamar berdua.

Mbak kos yg kelas 11 dipanggil muna, berparas Indo-Madura kira-kira tingginya 150 cm, berkulit putih (mungkin keturunan putri kraton) dan lumayan seksi, bahkan ibuku saja bilang naksir seandainya laki-laki. Kemudian mbak kos ku yang kelas 12 tampak bermodis Indo-china, dipanggil mbak meli tinggi badan terlihat jangkung kira-kira sekitar 165 berkulit putih, dan bermata sipit.

Hari pertama menempati kosan setelah kenalan basa-basi, mbak muna langsung akrab dengan aku, ibu, dan ayahku, dan ternyata mbak muna adalah wali kelasku saat ospek. karena begitu akrab, mbak muna juga suka membantuku memberikan informasi yang harus dipersiapkan untuk ospek. Sedangkan mbak meli hanya sebentar-sebentar saja mampir ke kamarku lantaran sibuk sebagai ketua Osis. mbak mely tidak begitu akur, walau beda agama tapi karakternya sangat sopan saat melewati kamarku mau mandi yang kebetulan kebetulan kamarku dekat kamar mandi 

Tepat sehari setelah ospek, ayah, ibu, dan adikku, pamit pulang setelah seminggu di Madura. karena jarak terhadap jadwal kapal berikutnya selisih tujuh hari lagi, mau tidak mau aku ditinggal di kosan menjadi anak rantau.

Malam hari, anak baru yg sekolah di sma negeri datang dan bertempat di sebelah kamarku dekat pintu masuk dari bangunan tiga. katanya sudah booking sejak lama tapi baru ditempati setelah ospek. Agak malam sekitar pukul 8 malam, aku ke kamar seniorku ingin bertanya tentang pelajaran dan persiapan hari pertama masuk sekolah. aku masuk ke kamarnya dan duduk di lantai, berbincang dengan mbak muna, sedangkan di sebelah mbak muna, ada mbak meli sedang bersih diri menggunakan kapas yg telah diberi cairan, lalu digosok-gosokkan hingga betisnya, pahanya, yg saat itu hanya menggunakan celana pendek kaos oblong saja. mbak meli bersikap biasa saja pada junior sepertiku. sudah pukul 9 mataku sudah mengantuk, mbak meli segera berbaring di ranjangnya, sedang mbak muna sedari tadi sudah terlentang sambil ngobrol denganku. aku pun juga ngobrol ngelantur tiduran di lantai. sambil menarik selimut kecil, mbak meli yg lebih dekat denganku bertanya sambil melihatku,
"dek mau tidur di kamar mbak ta?", katanya
"gk mbak, hehe"
"mbak mau tidur loh"
"oh iya, makasih ya mbak," sahutku lalu beranjak ke luar kamar.

sebenarnya aku takut tidur di kamarku sendirian karena sepekan ini tidur bareng ibu, ayah, dan adik selama mereka di sini, apalagi di belakang kos ada tanah kosong yg rimbun dan terdapat tanaman pisang dan bambu.


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.