Cintaku Tenggelam di Monkasel

Engkau adalah perempuan tunggal idamanku. Engkau juga adalah anak tunggal seperti yang kau ceritakan kepadaku. Betapa cintanya orang tuamu terhadapmu. Betapa sayangnya orang tua mu terhadapmu.

Dapatkah aku menyayangimu, mencintaimu melebihi kedua orang tua mu?
Ku rasa engkau menepikan rasa tulus hati ini padamu. Engkau adalah perempuan idaman hatiku. Tak pernah kubayangkan perempuan lain selain dirimu. Dalam hatiku dengan kesibukan pekerjaanku selalu dirimu yang mendampingiku. Setidaknya hal itu yang ku rasa di hari-hari ku.
Tak dapat sepenuhnya ku berikan keterbatasan jiwa ini. Ku mengira engkau adalah tulang rusukku. Ketika aku menatap wajahmu, damai rasa jiwaku. Ketika tatapanku kau balas senyum manis bibirmu tubuhku gemetar lemas dan kaku.

Sungguh, aku sungguh menyayangimu. Sungguh aku ingin menjadi pengganti orang tuamu.
Analisismu terhadap masa depan ini sungguh mengagumkan. Ku bayangkan betapa beruntungnya aku bila engkau adalah ibu dari anak-anak ku. Alangkah indahnya jiwamu sehingga tak salah 
bagiku untuk memilihmu.

**

Di mana kita akan tinggal kelak?

Aku tahu, betapa engkau mencintai dan menyayangi keluargamu. Supaya tetap utuh engkau menginginkan aku untuk menjadi pelengkap hidupmu. Tapi apakah aku tak menginginkan kamu sebagai pelengkap hidupku. Bukankah Sulaiman as merupakan anak tunggal dari pasangan Ibrahim dan Istrinya. Ketika Nabi Ibrahim mengajak orang tuanya untuk kebaikan. Kebaikan itu luruh tak bersisa. Ibrahim yang memiliki anak tunggal seperti orang tua mu ikhlas merelakan putra satu-satunya demi kepentingan bersama.

Lalu siapa kekasihmu yang sebenarnya? Engkau tak pernah mementingkan hidupku. Aku juga ingin perhatian dari mu. Karena aku akan menyayangimu melebihi orang tua mu.

Sekarang, engkau palingkan wajahmu dari noda hitam yang hina ini. Kau anggap aku tak serius untuk menjadikanmu seorang istri. Betapa hinanya diriku ini.

Sakit hati ku mendapatimu bersama lelaki lain. Kau katakan padaku bahwa engkau tak ada apa dengan dia. Tapi selama ini lebih dari 200 pesan yang kau kirimkan padanya melalui ponselmu.  Pesan-pesan mesra mu dan dirinya membuatku tenggelam dalam lautan terdalam.

Oh kekasihku mengapa engkau tak memandangku lagi. Apakah selama ini aku Memang lumpur yang senantiasa ingin hidup bersama intan berlian seperti mu.

Oh kekasihku kurangkah kasih sayang yang ku berikan kepadamu. Betapa aku sangat mencintaimu hingga nafas yang ku hirup adalah kamu.

Hari ini, aku mengheningkan cipta pada cinta yang tulus dan suci ini. Ku mengheningkan cipta sejenak bukan karena hari ini adalah peringatan hari pahlawan 10 November. Tetapi hari ini aku mengheningkan cipta untuk cinta karena duka perih di dada ku. Duka perih yang tak dapat di obati menyebar ke seluruh tubuhku. Sungguh, betapa aku mencintaimu.



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.