“Bagaimana jadi
pulang?” ini adalah pertanyaan yang selalu muncul di kepalaku setiap waktu. Kampus
akan tutup, semua instansi bakal lockdown. Pelayanan akan serba daring.
Kebutuhan pangan hingga sembako akan dibatasi. Jalanan sekitar kampus sudah
sepi. Di sepanjang gang kos juga telah lenggang. Setiap portal gang telah
dikunci.
31 Maret 2020,
presiden mengumumkan pembatasan sosial berskala besar. Di akhir kuartal pertama
tahun ini, semuanya serba tak lancar. Jadwal kuliah berantakan. Tidak ada
kejelasan sosial. Semua mahasiswa telah diliburkan. Pengumuman simpang siur tak
karuan. Dengan berat hati, aku pun
memutuskan untuk pulang lewat stasiun Lempuyangan menuju Banyuwangi Baru alias Ketapang.
Dua kali 80ribu telah kukeluarkan untuk tiket yang tak ada sosialisasi pergantian
nama tujuan untuk penumpang. Aku harus melakukan dua kali rute perjalanan menuju
Ketapang.
“Semuanya sudah di
penampungan. Terminal penumpang di jembatan di tutup total. Para penumpang
hanya boleh tertib di penampungan. Sementara itu, tiket kapal tidak ada
kejelasan. Ini sudah pukul 9 malam. Sementara itu, beberapa penumpang sudah
bolak-balik menuju terminal penumpang yang ada di jembatan. Mereka bolak-balik menurun-menaikkan
muatan. Belum lagi, ada juga yang dimanfaatkan oleh kuli dan beberapa angkutan.
“Kakakmu lumpuh,
sekarang pingsan,” Aduh buyung. Cobaan apalagi ini.... Mengapa tak kunjung
selesai. “Ruri, kamu harus segera ke loket pembayaran.”
Baca cerita longor lainnya hanya di situs cerita longor by kak riri
Kami pun bergerombol
mengeruduk kantor dinas perhubungan. Sudah berhari-hari kami terlantar dan
kelaparan. Kapal tidak ada kejelasan. Ini bulan Ramadan. Mengapa kalian tak memberikan
kami kesempatan mudik lebaran. Kami ingin segera bertemu keluarga kami di pulau
seberang. Apakah kalian berpihak pada rakyat atau segelintir pejabat. Ini mudik
gratis saat covid-19, apakah kalian tertular? Apakah kalian ingin menumpuk pundi-pundi
uang pada kantong kalian? Sehingga membuat kami berhari-hari mengalami
kesulitan, kesusahan, dan kelaparan? Bukankan ini pekerjaan kalian? Inikah
wewenang untuk menguntungkan kantong kalian? Mengapa sampai saat ini kalian
tidak membuka loket tiket penumpang?
Baca cerita longor lainnya hanya di situs
cerita longor by kak riri
0 Komentar