Loket Antrean


 Kalianget 2011 - Sudah setahun, aku tidak kembali. Banyak hal yang kulalui di pulau seberang. Pulauku seolah memanggilku dari jarak jauh. “Sekarang musim mudik apakah engkau tak akan kembali”. Itu adalah rayuaan kata dari bapakku. Kalau dipikirkan, rasanya aku seperti anak durhaka yang sudah lama pergi.

Aku anak SMA yang punya ambisi di tempat rantau walaupun terus terkikis oleh rindu kampung halamanku. Berat memang meninggalkan teman-teman. Padahal, ini sudah masanya liburan. Rekreasi bersama teman-teman OSIS di sekolah telah kubatalkan seorang.  Aku sudah sesenggukan walau tak bisa meneteskan air mata. Aku rindu ibu. Rindu dirajuk ibu. Namun, kenapa ayah yang tampak seolah-olah peduli. “Sahwan, Andi, Nurmina dan Rahwia, para sepupumu, juga akan pulang hari ini bersamamu.” Ujarnya dengan meyakinkanku agar segera ikut pulang.

“Pagi ini jam 7 pagi, kapal akan berlayar menuju sini.” Sungguh mendadak sekali. Padahal, kemarin sore dibilangnya pukul 9 pagi. Jadi, aku sudah harus siap dan buru-buru lekas pergi. Sungguh, aku tak tahan jika harus mandi pagi-pagi sekali. Walaupun demikian, aku terpaksa melakukan hingga antre berdesak-desakan, berdempet-dempetan.

Suasana pagi saat itu telah sirna. Bau besi, sembako, dan busuknya sayuran di dermaga memekakkan indra. Lalu lalang kuli melempar muatan ke geladak kapal. Hembusan angin laut bercampur dengan aroma bermacam-macam. Dan tiba-tiba, GUBRAAAK.

Dengan kerasnya kaca didobrak penumpang. Saat itu, orang-orang mulai panik. Para petugas merasa kewalahan menahan lonjakan penumpang. Tak ada celah untuk serobot antrean. Barisan penumpang membludak melebih perkiraan.

Ini masih pukul 6. Orang-orang apakah tidak lagi menghiraukan sarapan. Terminal penumpang di Jembatan pun tak sepi sejak tengah malam. Ibu-ibu dan anak-anak masih tak bisa gulung tikar. Jembatan dikunci oleh petugas keamanan. Hanya kuli yang bisa bebas masuk tanpa hambatan.

Baca cerita longor lainnya hanya di situs cerita longor by kak riri  

Sementara itu, kapal tujuan Kangean sudah berangkat lebih dulu. Beberapa penumpang ada yang tertinggal dan tidak lagi merasa tenang hingga sampai berdatangan meminta keadilan. Mereka berharap uang tiket yang hangus segera dikembalikan.

 “Ini masih jam 6. Di tiket, pukul 7 kapal akan diberangkatkan.” Ujar penumpang

 Mau tidak mau, terpaksa atau tidak, mereka harus ikut bersama kami, para penumpang yang akan berangkat dengan kapal pada pukul 8. Aku yang sendirian juga agak kesal. Tidak ada teman yang berangkat bersamaku untuk pulang. Padahal, kapal akan bertambah sesak dengan kehadiran penumpang dari kapal tadi yang berangkat lebih dulu.

 Pantas saja lama, mereka memesan tiket hingga maksimal 8. Aku yang sendirian merasa heran. Aduh, sabar. Sebentar lagi juga selesai. Ini tiket hanya seorang? Iya pak, namanya Cuma Ruri saja kan? Harganya 48. Apakah dengan kartu pelajar dapat potongan? Kalau begitu, bayar 38. Kapal akan berangkat setengah 9.  Akhirnya, penantianku pun usai. Aku beranjak pergi meninggalkan barisan antrean. Hampir 2 jam aku terjebak di tengah kerumunan penumpang.

 Namun, tidak sampai di situ. Tiket habis. Kok bisa. Dua jam penantian di kerumunan antre sia-sia percuma. Lamunanku buyar begitu kuberada dibaris depan atrean.

“kalau mau, berarti ikut kapal nanti siang ya. Pukul 11-an.”,

Baca cerita longor lainnya hanya di situs cerita longor by kak riri  



0 Komentar

"Jika kamu ingin membangun hal besar, mulailah dari langkah terkecil!"

""Kesuksesan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten. Seperti sebuah perjalanan panjang, setiap langkah awal adalah fondasi yang membawa Anda lebih dekat ke tujuan. Jangan takut untuk memulai dari hal sederhana, karena di situlah semua mimpi besar mendapatkan bentuknya.""