Angan-angan






Hari pertama liburan, aku berkunjung ke Afrika, menelusuri belantara dan hidup di desa-desa pedalaman Afrika. Aku memliki banyak rumah, menjadi tuan tanah, memiliki seribu kejahatan dan kelicikan, tetapi sekaligus juga menjadi pejuang keras hak perempuan lewat tokoh Nyonya Mudenda yang diciptakan Himunyanga-Phiri dalam novelnya Warisan. Dari Afrika, aku terbang menuju Jepang. Bersama Yasunari Kawabata, dalam novelnya Daerah Salju, aku diajak menikmati keindahan lembah, gunung, laut, dan seluruh tradisi Jepang; kami sama-sama membuntuti, dan jatuh cinta pada seorang gadis yang pandai memainkan oto, tahukah engkau, bahwa ternyata Jepang itu tak kalah indahnya dengan negeri kita? Mereka juga memiliki pulau-pulau dan aku jadi paham kenapa Jepang, dengan seluruh tradisinya, menjadi bangsa yang besar.
Begitulah, di hari ketiga, aku mengelilingi Mesir; singgah bertahun-tahun di lorong-lorong kota lama Kairo bersama Naguib Mahfous, menikmati karakter orang-orang Mesir, serta turut merasakan bagaimana peradaban modern di negara itu telah menggelincirkan orang-orang pada nafsu kebendaan yang menjungkalkan manusia ke arah jurang malapetaka. Berkat jasa Naguib Mahfouz, lewat novelnya Lorong Midaq itulah, aku bisa berkenalan secara dekat dengan Hamidah, Nyonya Hasniya, Zaita, Tuan Ridwan Husaini (mirip namaku yang hanya Ridwan), dokter Busyi, Abbas Hilu, dan sederet tokoh “dunia lain” yang begitu memikat.
Kemudian bagaimana dengan Balkan, Yunani, dan Tiongkok? Di tiga negara itu, aku sempat singgah sebentar, yakni pada ketujuh pengembaraanku bersama Asma Nadia dari Indonesia melalui novel Assalamualaikum Beijing, dan lewat cerpen-cerpen yang di tulis oleh Marguerite Yourcenar. Setelah itu, aku terpukau berhari-hari di Rusia bersama Leo Tolstoy, lewat novelnya Perang dan Damai--- sebuah novel yang menjadi bacaan wajib bagi seluruh anak Rusia hingga sekarang; lewat novel itulah mereka bisa bercermin dari seluruh kegagalan, keagungan, keburukan, kemuliaan, kekejaman, dan keangkuhan bangsa Rusia. Dari novel itu pun, aku ikut belajar arti nasionalisme sebuah bangsa.
Dari Rusia, aku terbang ke Amerika, Inggris, Australia; kemudian berakhir di pedalaman Sumatra, menjeritkan kekejaman manusia lewat perburuan harimau yang menegangkan bersama Mochtar Lubis dalam novel Harimau! Harimau!

Bangkalan, 2 April 2017
Diadaptasi dari buku Joni Ariadita
(Redaktur majalah sastra Horizon)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.